Presiden Joko Widodo pada perayaan ke-78 kemerdekaan Indonesia menekankan berbagai isu strategis nasional yang perlu menjadi perhatian.
Meskipun demikian, berbagai tekanan ekonomi dan politik terus terjadi, baik dari dalam maupun luar negeri. Untuk itu, perlu adanya strategi dalam menjaga stabilitas perekonomian nasional.
Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menghadirkan Diskusi Publik Agustusan Ekonom Perempuan untuk membahas masalah ini dengan tema Industrialisasi, Stabilisasi, dan Ekonomi Keuangan Indonesia. Berikut petikannya:
Asmiati Malik:
Saat ini ketersambungan (connectivity) semakin kuat. Eropa, Inggris, AS, dan Australia memberikan perhatian kepada ASEAN karena pasarnya sangat besar, dimana jumlah populasinya mencapai 680 juta atau 8,09 persen dari jumlah populasi dunia.
Indonesia sendiri akan ada 345 juta orang, dimana 68 persen dari mereka adalah penduduk usia muda yang produktif. Ini bisa menjadi hal yang positif tetapi juga bisa menjadi hal negatif jika tidak tersedia lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kualitas tenaga kerja itu sendiri.
Di sisi lain, China akan menjadi ekonomi nomor satu pada tahun 2050 dan Indonesia akan berada pada posisi nomor empat. Meskipun terdapat proyeksi yang baik, akan ada tantangan yang dihadapi untuk mencapai posisi tersebut.
Tingkat investasi asing langsung (FDI) di ASEAN, nomor satu diduduki oleh Singapura dan nomor dua adalah Indonesia. Singapura menjadi nomor satu karena banyak kantor perusahaan besar yang berkantor di Singapura.
Pengeluaran untuk infrastruktur di Indonesia masih berada di bawah Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Singapura berada posisi terbawah diantara lima negara ASEAN karena Singapura sudah lebih dahulu berkembang. Investor infrastruktur yang paling banyak masuk di ASEAN adalah Jepang, China, AS, Inggris, Prancis, dan Jerman.
Sementara itu, perdagangan yang terjadi di ASEAN didominasi oleh perdagangan antara negara di kawasan. Perdagangan di ASEAN, China, dan Jepang memainkan peran penting terhadap perdagangan di Asia.
Ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian pada tahun 2023 dimana eskalasi perang Rusia dan Ukraina akan berpengaruh terhadap dinamika perekonomian global. Inflasi yang tinggi akan terjadi, dimana hal tersebut akan mempengaruhi situasi sosial di dunia. Seperti di Inggris, inflasi yang tinggi menyebabkan kenaikan biaya rumah tinggi, seperti biaya listrik dan biaya sewa rumah.
Jika terjadi eskalasi ketegangan Taiwan-China, akan berpengaruh kepada Indonesia. Ditambah lagi, kebijakan Korea Selatan saat ini lebih berfokus dalam membangun kekuatan, sehingga meningkatkan tensi di Asia Pasifik.
Ketidakpastian semakin terasa ketika beberapa bank besar dunia mengalami kebangkrutan. Ditambah lagi dengan cuaca ekstrim yang saat ini terjadi, seperti El Nino yang akan berpengaruh terhadap ketidakpastian global, bahkan beberapa negara sudah melakukan pengetatan ekspor beras seperti India, Thailand, dan Vietnam.
Jika semua skenario ini terjadi kemungkinan besar sepertinya resesi ekonomi akan terjadi tahun ini dan berlanjut pada tahun depan.
Ketidakpastian dunia pada tahun 2023 akan dipengaruh secara signifikan oleh perang Rusia – Ukraina, karena kita tidak tahu akan seperti apa ke depannya. Skenario terburuk terjadi perang nuklir. Sekalipun dalam skala paling kecil menimbulkan ketidakpastian dan investor tidak mau mengambil risiko.
ASEAN memiliki peluang sangat besar tetapi kendala (constraints) juga sangat besar seperti yaitu kebebasan ekonomi, dimana terjadi konsentrasi kapital sangat tinggi bagi beberapa pemilik saja, sehingga distribusi ekonomi cukup terhambat.
Konstrain yang lain adalah political stability, dimana keputusan investor dipengaruhi oleh kestabilan politik sebuah negara dan untuk Indonesia, political stability berada di zona kuning (sedang). Constraint lainnya adalah enabling trade, dimana Indonesia juga masih berada di zona kuning, ease of doing business, rule of law, dan korupsi tidak luput dari faktor yang menjadi constraint pertumbuhan di ASEAN.
Terdapat beberapa challenges (tantangan) yang harus kita lihat ke depan yaitu ketidakpastian global yang kemungkinan akan mendorong harga minyak lebih tinggi, kelangkaan pangan dan El Nino yang akan meningkatkan harga bahan pangan dan kenaikan harga pupuk.
Kita juga akan menghadapi financial crisis dimana terjadi kenaikan suku bunga di banyak negara dan munculnya kebijakan moneter yang sangat agresif dan berdampak pada munculnya financing obstacle.
Tantangan berikutnya adalah pendidikan. Pendidikan sangat penting. Kualitas Pendidikan Indonesia masih di bawah Singapura, Malaysia, Filipina, bahkan Thailand. Banyak hal yang harus kita kejar.