Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Megawati Sukarnoputri meminta Presiden Prabowo menyingkirkan para buzzer yang memicu perpecahan. Megawati mengaku sudah menyampaikan permintaan itu kepada Prabowo melalui perantara.
Saat berbicara dalam dalam acara Serambi Pancasila dan Peluncuran Buku di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) di Jakarta, Senin 11 Agustus 2025, Megawati mengatakan buzzer atau pendengung kerap membuat perpecahan melalui aktivitasnya di media sosial.
"Saya sudah bilang melalui seseorang supaya Pak Prabowo membuang itu namanya buzzer-buzzer yang hanya membuat yang namanya perpecahan di antara kita sendiri, belum tentu faktanya aja," ujarnya.
Presiden ke-5 RI ini menyebut buzzer kerap memicu kegaduhan di tengah masyarakat lantaran menyampaikan informasi yang tidak sesuai fakta. Tindakan para buzzer itu menurut Megawati bisa memicu perpecahan, terlebih jika dilakukan demi bayaran.
“Padahal buzzer itu hanya juga dengan uang. Kalian itu siapa? Kalau kalian yang dibuat seperti itu lalu bagaimana?" kata Megawati.
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini menegaskan dirinya tidak takut jika nantinya mendapat serangan buzzer akibat pernyataannya. Pasalnya apa yang ia sampaikan adalah kebenaran.
“Saya ndak takut, karena ini adalah kebenaran, kebenaran yang hakiki," ujarnya.
Megawati menilai saat ini banyak pihak yang hanya berani ngomong atau ngedumel di belakang. Seharusnya saat tidak setuju dengan pernyataannya, langsung saja bicara dan jangan hanya ngedumel di belakang.
"Makanya coba kalian pulang, nanti jangan ngedumel, saya nggak suka. Kalau tidak suka sama saya, berdiri, saya tidak setuju sama ibu, saya terima. Tapi mari kita berargumentasi yang benar. Saya tidak mau lagi," ucap Megawati.
Sebelumnya saat menghadiri penutupan Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Surakarta, Jawa Tengah, Minggu 20 Juli 2025 malam, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan ketidaksukaannya terhadap para buzzer atau pendengung.
Prabowo mengatakan tagar "Indonesia Gelap" yang sempat viral dihembuskan oleh para koruptor dengan cara membayar para buzzer. Cara itu terbukti mampu membuat kegaduhan terutama di media sosial.
"Saya geleng-geleng kepala, ada orang-orang yang berperan sebagai orang pintar berperan sebagai pemimpin, tapi yang disebarkan adalah pesimisme, Indonesia Gelap," kata Prabowo.