Pelemahan Rupiah Bukan Karena Kegagalan Kebijakan Ekonomi, Fiskal dan Moneter Pemerintah Jokowi? Ini Kata Ekonom Senior

Penguatan kurs rupiah pada awal minggu ini karena intervensi, atau artifisial: bukan natural.

Pengamat ekonomi senior yang juga Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies), Anthony Budiawan, menanggapi serius respon pemerintah terkait sempat menguatnya kurs Rupiah di awal minggu ini, melalui pesan singkatnya yang diterima redaksi GBN.top, Kamis (27/06/2024), pagi.

Anthony Budiawan merasa kasihan bangsa Indonesia mempunyai menteri yang hanya suka bermain sandiwara, dengan judul pembodohan kepada masyarakat.

“Kurs rupiah memang sempat menguat sedikit pada awal minggu ini. Tidak signifikan. Kurs rupiah ditutup Rp16.375 pada selasa lalu (25/6/24),” kata Anthony dalam pesan singkatnya. Anthony juga menyertakan link berita dari Kompas.com

Ternyata menurut Anthony, penguatan kurs rupiah yang tidak signifikan ini kemudian didramatisir: seolah-olah kurs rupiah menguat karena penampilan bersama antara pemerintah (Airlangga Hartarto, Sri Mulyani) dengan Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Pemerintahan Prabowo.

Anthony menduga, penampilan bersama ini sesungguhnya merupakan jebakan kepada Tim Prabowo. Anehnya, Tim Prabowo mau saja tampil untuk menjadi aktor pendukung sinetron Jokowi, Airlangga dan Sri Mulyani.

Menurutnya, penampilan bersama antara pemerintah dan Tim Prabowo ini sebenarnya hanya untuk mempertontonkan sinetron kepada publik, untuk membuktikan bahwa kurs rupiah anjlok akibat Prabowo mau menaikkan defisit menjadi lebih dari 3 persen dan menaikkan rasio utang terhadap PDB menjadi 50 persen dalam 5 tahun.

Tim Prabowo kemudian bagaikan kerbau dicucuk hidungnya, sangat penurut, mengikuti skenario Sri Mulyani dan Airlangga, untuk berjanji (memberi komitmen) taat terhadap ketentuan defisit anggaran.

Artinya, Tim Prabowo dipaksa “mengaku dosa”, bahwa pelemahan kurs rupiah selama ini akibat ulah Prabowo ingin menaikkan defisit dan utang. Usai konferensi pers, kurs rupiah kemudian memang menguat, tetapi sangat tidak signifikan.

Selanjutnya kata Anthony lagi, Sri Mulyani, Airlangga Hartarto, dan Bank Indonesia kemudian berteriak lantang.

Nah kan, rupiah menguat setelah Tim Prabowo berjanji untuk tidak ugal-ugalan lagi dalam menentukan defisit anggaran.

Artinya, “terbukti” pelemahan rupiah selama ini disebabkan kebijakan fiskal Prabowo tahun 2025.

Artinya, pelemahan rupiah selama ini bukan karena kegagagal ekonomi, fiskal dan moneter rezim Jokowi, Sri Mulyani, Airlangga Hartarto, atau Perry Warjiyo. Tapi karena kebijakan fiskal Prabowo tahun 2025.

Anthony melanjutkan, dalam hati, Sri Mulyani, Airlangga Hartarto dan Perry Warjiyo tertawa. Dalam hati mereka berkata, betapa mudahnya mengecoh Tim Prabowo, untuk cuci tangan atas kegagalan mereka.

“Padahal, penguatan kurs rupiah pada awal minggu ini karena intervensi, atau artifisial: bukan natural. Faktanya, kurs rupiah kemarin, Rabu (26/6/24), kembali melemah, dibuka Rp16,442 per dolar AS,” ungkap Anthony.

“Apakah Sri Mulyani dan Airlangga Hartarto akan memanggil Tim Prabowo lagi untuk mengatasi merosotnya rupiah kali ini?” sindir Anthony.

Jurnalis GBN

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: redaksi.gbn@gmail.com