Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa memperkirakan perubahan iklim dapat menimbulkan kerugian sebesar Rp544 triliun pada periode 2020 - 2024.
"Potensi kerugian ini akan berasal dari penggenangan pesisir, kelangkaan air, kecelakaan kapal, penurunan produktivitas beras, peningkatan kasus penyakit sensitif, dan sebagainya," kata Suharso dalam acara Dialog Nasional Antisipasi Dampak Perubahan untuk Pembangunan Indonesia Emas 2045, Senin (21/8/2023).
Ia mengungkapkan seluruh sistem kehidupan terganggu oleh adanya perubahan iklim, mulai dari berkurangnya ketersediaan air, kenaikan potensi kekeringan, dan munculnya wabah penyakit.
Gangguan yang timbul akan membuat lebih dari 100 juta penduduk dunia menjadi miskin. Selain itu, 4,8 miliar hingga 5,7 miliar penduduk global akan kekurangan air pada 2050.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan perubahan iklim juga mempengaruhi ketahanan pangan negara-negara di dunia.
Kerentanan stok pangan, menurut Dwikora pada kesempatan yang sama, akan terjadi di seluruh negara pada 2050. Hal ini terjadi lantaran 500 juta petani kecil yang menghasilkan 80 persen dari stok pangan dunia terkena dampak perubahan iklim.
Akibatnya, negara yang mengimpor pangan dari negara lain akan kesulitan, termasuk Indonesia. "Diprediksi pada 2050 kita mau impor beras, mau dari mana? Semuanya lebih parah dari Indonesia," kata Dwikora.