GBN TV: Ada yang menduga momentum Hari Kartini, 21 April, itu dipilih oleh Megawati dalam rangka memajukan anaknya, Puan Maharani, sebagai Capres, bagaimana mas?
Erros Djarot (EDJ): Ya, memang hanya kebetulan saja diumumkannya pada Hari Kartini, kemudian orang berspekulasi wah, jangan-jangan ini nanti yang ditampilkan atau disodorkan oleh PDIP sebagai cawapresnya adalah Mbak Puan Maharani.
Saya kira Mbak Puan cukup bijak, dan sampai pada titik di mana Mas Ganjar juga dipercaya, tentunya juga atas kebesaran jiwa Mbak Puan, dengan dorongan Mas Prananda, dan seluruh stakeholder yang ada. Dan seperti juga sudah saya prediksi bahwa pada akhirnya akal sehat juga yang menang.
Artinya, Mbak Mega [Megawati] telah memilih untuk mengambil keputusan berdasarkan nalar dan akal sehat sehingga bagi saya hal yang tidak terlalu mengejutkan. Karena itulah pilihan yang mungkin yang akan banyak diharapkan oleh pendukung PDIP sendiri dan juga para simpatisan yang cukup luar biasa sambutannya.
Dengan demikian kita harus berterima kasih kepada Mbak Mega karena telah memberikan kesempatan kepada Mas Ganjar, yang oleh pendukungnya merasa tidak ditinggalkan aspirasinya begitu saja.
GBN TV: Kita sama-sama tahu, bahwa Ganjar Pranowo sempat seperti dikucilkan di PDIP. Dengan penetapan ini menjadi klimaks atau anti klimaks?
EDJ: Tidak tepat pakai kalimat klimaks atau anti klimaks. Tapi kan sebetulnya masih ada proses lagi. Ini satu hal yang sudah dilalui, dimana teka-teki selama ini sudah dipecahkan walaupun sebetulnya karena saya sudah cukup lama bekerja sama dengan Mbak Mega, mendampingi beliau, kira-kira tidak mungkinlah lepas dari Mas Ganjar. Realitanya begitu. Beliau sangat realistis kepada hal-hal tertentu.
Kalau dibilang anti klimaks, ya tidak juga, karena masih ada tahapan klimaksnya nanti justru pada pemilihan wapres. Menjadi sangat, sangat strategis dalam rangka apakah langkah selanjutnya ini menambah penguatan atau justru melemahkan posisi ganjar sebagai pemenang di kontestasi Pilpres 2024.
GBN TV: Elektabilitas Ganjar sempat diberitakan menurun karena masalah Piala Dunia Sepak Bola U-20. Seberapa besar pengaruhnya dalam pencalonan ini?
EDJ: Ya wajar saja kan!? Karena sepakbola itu kan olahraga rakyat, yang sangat merakyat dan tertanam di dalam hati majoritas rakyat bawah, terutama. Dan reaksi sesaat itu sangat wajar. Oleh karenanya, saya mencoba menggandengkan Mas Ganjar dengan Pak Mahfud [Menkopolhukam], karena kebetulan saya kan cukup paham apa sih garis perjuangan PDIP, apa itu PDIP.
Keberpihakan kepada tegaknya keadilan adalah substasi dasar, watak dasarnya kerakyatan dan keberpihakan kepada wong cilik, dan menentang segala bentuk ketidakadilan. Dalam hal ini ada figur mas Mahfud, itu sangat mewakili suara batin atau suara rakyat Indonesia saat ini yang sangat muak terhadap segala bentuk kejahatan ekonomi, mafia ekonomi, para konglomerat hitam dan juga para oligark.
Keberanian dia dalam membersihkan Indonesia dari cengkraman tersebut yang rasanya telah membeli hati banyak rakyat Indonesia. Pada saat saya tawarkan kepada Mas Ganjar, paling tidak pada waktu itu Mas Ganjar dipahami bahwa apa yang dia lakukan adalah bagian dari tugas dia sebagai kader partai.
Di lain sisi, dengan menghadirkan Pak Mahfud, tentunya sangat bagus untuk PDIP dan citranya kemudian. Berpihak kepada perang terhadap ketidakadilan, perang kepada mafia hukum, dan juga bagaimana komitmen menerapkan UUD 1945 Pasal 33 melekat pada dirinya sebagai calon presiden. Nah ini yang membuat rakyat itu melupakan hal-hal yang merupakan sesuatu dinamika pasar biasa saja. Sehingga nantinya rakyat terbuka mata hatinya memilih seorang pemimpin yang pro terhadap rakyat dan tegaknya keadilan yang anti mafia.
Itu yang coba saya tawarkan kepada Mas Mahfud, walaupun belum tentu para pimpinan partai di Indonesia itu mendukung dia. Karena dia akan membuat gerah para pemimpin politik, bahkan di sekelilingnya Mbak Mega belum tentu mendukung Pak Mahfud. Tapi Mbak Mega sebagai pimpinan tentunya akan melihat kepentingan partai yang lebih besar dan kepentingan bangsa Indonesia ke depan lebih besar dan akan mempertimbangkan cukup serius. Apa-apa yang kita tawarkan Ganjar-Mahfud itu.
GBN TV: Ada survei yang menyatakan bahwa Ganjar Pranowo akan memenangkan Pilpres 2024, siapa pun lawannya. Termasuk Anies Baswedan dan Prabowo Subianto.
EDJ: Lho ya belum tentu! Kenapa saya katakan belum tentu, karena tergantung kepada wapresnya. Kalau wakilnya itu memberikan liabilitas kepada Ganjar, itu bisa backfire. Kenapa? Pada saat rakyat sudah tidak menginginkan cengkraman oligarki, dan para mafia ekonomi, Ganjar dijodohkan atau disandingkan dengan seseorang yang dalam kiprah di dunia ekonomi Indonesia ada hal-hal yang dipertanyakan dan jadi sorotan, ini akan menurunkan nilai.
Taruhlah sering disebut-sebut Erick [Menteri BUMN], itu juga harus dilihat dan dihitung juga, belum tentu menang. Kenapa? Kalo nanti Pak Prabowo mengambil Pak Mahfud, atau Anies Baswedan ambil Pak Mahfud, itu [Ganjar] belum tentu menang. Kenapa? Orang tidak akan melupakan, saya tidak mengatakan kejahatan, tapi citra yang sudah terlanjur terbangun bahwa ada penguasa BUMN dan penguasa perekonomian kita. Ada juga beberapa menteri di dalamnya bersama-sama. Ada Erick, Boy Thohir, Legono, Sandiaga Uno, pigur-pigur yang masih membutuhkan satu tahapan lagi mendapat kepercayaan penuh dari rakyat.
Karena apa? Karena masalah yang ditinggalkan di bidang ekonomi tidak semudah itu untuk dilupakan ataupun diterima rakyat, sebagai suatu hal yang baik dan wajar. Nah hal ini suatu hal yang perlu dipertimbangkan. Bukan berarti tidak bisa menang, tapi sangat harus kerja dan ekstra keras kalau itu dipaksakan.
Kalau dengan Pak Mahfud, kemungkinan bisa masuk istana. Alasannya pas, tapi Pak Mahfud tidak punya duit. Dipersoalkan masalah uang. Saya ingat saat PDIP, waktu itu saya masih aktif [sebagai pengurus partai], rapat kerja di Bali. Saya menentang beberapa konglomerat yang mau ngasih uang. Ada 3- 5 orang saya tolak. Saya ke Bali, saya minta seluruh rakyat Bali, kalau nanti saudara-saudara kita datang ke Bali, siapkan. Bukan pintu rumah kalian kalau mereka [peserta raker] mau tidur. Dan itu disambut luar biasa, tanpa uang loh! Dan sepanjang jalan mereka mengeluarkan meja, di situ ada makanan, minuman, dan seluruh peserta tidak ada yang kelaparan dan kehausan. Itu artinya, kalau rakyat sudah bangkit itu triliuanan. Jadi jangan suka mikirin itulah.
Karena situasinya berbeda dengan lima tahun yang lalu. Atau bahkan sepuluh tahun yang lalu. Kali ini rakyat sudah dalam kondisi di mana kemuakan sudah memuncak. Dan untuk itu, kalau rakyat sudah begitu, apa pun dia berikan.
Pendukung Ganjar, saya yakin dan berani mengatakan, adalah pendukung setia yang ingin melihat perubahan kalau Pak Mahfud yang mendampingi. Kalau disuruh motornya di jual, maka dia akan jual. Mobil dihibahkan. Kira-kira seperti itu. Jadi kalau rakyat sudah bangkit akan seperti itu. Kita jangan berpikir aple to aple dengan yang lalu, tidak bisa begitu.
GBN TV: Bagaimana yang merasa bahwa wapresnya lebih baik dari kalangan militer?
EDJ: Banyak yang mengatakan bahwa bagusnya [Ganjar] disandingkan dengan militer. Pertanyaan saya, siapa pigurnya? Kata figurnya menjadi penting. Tidak hanya asal militer. Kalau militer planga-plogo buat apa. Rakyat menilai figur militer ternyata sangat rendah elektabilitasnya. Itu juga susah.
Dulu pernah saya juga berpikir juga kalau mas Andhika [mantan panglima TNI] dipasangkan dengan Ganjar. Tapi Pak Andhika sendiri sangat pasif dan mungkin terlalu berhati-hati, sehingga ada kesan bukan sebagai risk taker, sehingga membuat pasaran militer itu kurang diperhitungakan.
Mas Dudung [Kasad TNI] sendiri layu sebelum berkembang. Yang diharapkan pada waktu itu Mas Dudung, tapi ada konflik dengan DPR dan meruncing, akhirnya hilang ditelan angina malam.
Nah hal-hal seperti ini perlu dilihat. Bahwa idealnya harus seperti itu. Tapi kan tergantung. Sebetulnya tak selalu pigur militer itu tegas. Maaf tanpa bermaksud merendahkan seseorang, Mas SBY kan itu militer, tapi beliau kan seperti itu. Artinya, tidak seperti gambaran seorang militer.
Tidak dari seragamnya, tapi dari jiwa dan karakternya. Ini mungkin yang dimiliki oleh seorang Mahfud MD. Itu yang saya lihat. Artinya masih terus berkembang. Saya katakan per hari ini begitu sehingga orang-orang bilang, waduh kok mas Erros itu seperti sponsornya Pak Mahfud. Tapi sebetulnya tidak. Saya realistis saja. Membaca pasar. Apakah yang saya katakana selalu benar? Ya, belum tentu.
Tapi berdasarkan pengalaman saya selama ini, memang baru kali ini memang saya agak terbuka. Tapi karena terpaksa, karena keadaan sudah luar biasa.
GBN TV: Bagaimana kalau cawapresnya Prabowo Subianto. Dia jadi menteri saja mau, apalagi wapres.
EDJ: Secara kejiwaaan, ya saya tidak tahu. Saya juga sangat kenal dengan Prabowo. Prabowo itu teman baik. Dia orang baik. Tapi, tentunya kali ini kan permasalah yang namanya citra diri dan harga diri, akhirnya kan. Bahkan seperti ini, seorang pendukung fanatiknya yang bernama Hercules datang ke saya, sampai ngomong “ Kalau sampai Mas Prabowo nomor dua, saya yang akan duluan protes sama dia.” Saya tidak akui dia sebagai pemimpin. Karena Gerindra menargetkan nomor satu. Nah beda karena nomor satu menerima Menhankam. Tapi kalau sejak awal menyerah menjadi nomor dua, mungkin akan mengecewakan dan mungkin Gerindra akan turun perolehan suaranya. Dan ini juga yang mungkin tidak akan diinginkan teman-teman kita di Gerindra.
GBN TV: Mas Erros sebagai senior, apa pesan kepada Mas Ganjar Pranowo yang sudah secara resmi diangkat menjadi Capres 2024.
EDJ: Pesan ke Mas Ganjar sederhana saja kok, tetap rendah hati, jangan sombong, jangan kemerinting, galang barisan. Tapi jangan jaringan para penjilat. Itu nanti costnya tinggi pada saat dia nanti berkuasa. Juga jangan tergantung pada konglomerat hitam. Itu juga yang nantinya akan mempersulit dirinya. Hal itu harus diyakini mas Ganjar. Bahwa yang penting rakyat di belakang dan orang-orang yang betul-betul bisa, betul-betul mampu mendampingi dia bukan karena perkawanan. Bukan karena yang ini nyumbang sekian.
Yang terjadi saat ini kan seperti itu. Ini karena ikut kampanye, baru sedikit saja prestasinya, jadi menteri ini menteri itu. Inilah yang terjadi. Hal ini buat pelajaran. Saya rasa Pak Jokowi kalau disuruh nyalon lagi, pasti akan berbeda. Dia tidak mau lagi lah. Mungkin dia tidak mau lagi disokong sana sini yang akhirnya membebani dirinya.
Itulah hal-hal yang perlu saya tekankan kepada mas Ganjar Yang paling penting satu tebar senyummu dengan tulus. Bukan senyum politik. Tebar janjimu sebagai komitmen bukan janjinya mulut politisi. Jadi itu yang saya tekankan kepada mas Ganjar.
Terakhir, selamat mas Ganjar, congratulation. Saya yakin, kalau Tuhan tidak merestui, tidak membukakan jalan ke depan, sampean juga tidak akan jadi apa-apa. Percayalah, tetap berpegangan pada-Nya dan juga menjadi abdi rakyat yang sesungguhnya. Insya Allah sampean akan menjadi Presiden Republik Indonesia yang akan datang.