“Saya Terinspirasi Marhaenisme Bung Karno, Saya Kembangkan di Timor Leste”

Presiden Timor Leste Ramos Horta sejak remaja sudah mengenal Bung Karno, Presiden Pertama RI. Ramos menyerap ajaran Bung Karno mengenai Marhaenisme dan mengembangkannya di tanah kelahirannya dengan label Maubere.

Dialog Erros Djarot dengan Presiden Timur Leste Ramos Horta

Xanana Gusmao kembali dilantik secara resmi sebagai Perdana Menteri Timor Leste ke-8 pada 1 Juli 2023 untuk periode 2023-2028. Kawan seperjuangannya, Ramos Horta (RH), telah terlebih dahulu dilantai sebagai Presiden Timor Leste pada 20 Mei 2022.

Budayawan sekaligus Ketua Umum Gerakan Bhinneka Nasionalis (GBN) Erros Djarot (EDJ) diundang untuk menghadiri pelantikan PM Xanana Gusmao. Di sela-sela acara tersebut, Erros Djarot berkesempatan berdialog dengan  Presiden Ramos Horta. Berikut petikannya:

EDJ: Terimakasih presiden Ramos Horta, satu kehormatan bagi saya, mendapat undangan untuk hadir di acara yang sangat penting, pelantikan Perdana Menteri Timor Leste, Xanana Gusmao. Ibu Megawati menyampaikan ucapan selamat dan salam hangat.

RH: Terimakasih. Saya ingat sering bertemu Ibu Megawati di masa lalu dan memupuk hubungan baik dengan beliau, juga dengan almarhum suaminya. Ketika Ibu Megawati bukan lagi presiden saya pernah berkunjung ke rumahnya di jalan Teuku Umar.

Saya selalu mengagumi Ibu Mega, dan saya juga mengagumi Bung Karno, saya membaca kisah Bung Karno saat saya remaja. Saya punya beberapa foto lama Bung Karno, yang selalu memberi inspirasi saya tentang Marhaenisme.

EDJ: Ya, itu ajaran Bung Karno.

RH: Saya mengembangkan konsep Maubere di Timor Leste, istilah lokal yang artinya kaum petani, kaum miskin. Maubere menjadi identitas penting perjuangan bawah tanah Fretilin. Mario Carascaloo (Gubernur TimTim, saat itu) yang sangat tahu Indonesia, dia bilang: “itu ide orisinil Ramos Horta yang dia ambil dari konsep Marhaen”. Saya selalu mengagumi Bung Karno. saya berharap bisa bertemu Ibu Mega.

EDJ: Ibu Mega akan senang sekali bisa bertemu lagi.

RH: Saya punya ide, yang pernah saya sampaikan ke Xanana Gusmao, agar menjadikan Bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa resmi di Timor Leste. Rasanya cukup masuk akal, dengan begitu banyak pengguna bahasa Indonesia, juga banyak warga Timor Leste yang melanjutkan sekolah di Indonesia, termasuk keluarga saya yang pernah bersekolah di ITB Bandung, lulus master dengan nilai yang sangat bagus, saya bayar secara pribadi, tidak ada beasiswa dari pemerintah Timur Leste.

Begitu juga banyak keluarga saya yang melanjutkan sekolah di Bali. Kita juga memiliki hubungan dagang yang sangat erat dengan Indonesia, nilainya mencapai 70 persen, belum lagi perdagangan informal di perbatasan, dan terus meningkat.

Jadi masuk akal, jika kami mengadopsi Bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa resmi. tentu proses ke arah itu tidak mudah. Mudah dibicarakan tapi tidak mudah diimplementasikan. Namun mari kita laksanakan, Indonesia bisa membantu mensupervisi bagaimana proses transisinya. Indonesia bisa mendirikan beberapa sekolah, atau beberapa universitas di Indonesia membuka kampus cabang di sini.

EDJ: Betul, saya bertemu sejumlah akademisi Timor Leste, dalam acara pelantikan kemarin, yang bilang, sebagai alumni perguruan tinggi Indonesia.

RH: Sejumlah anggota kabinet PM Xanana Gusmao, yang pasca-sarjana, umumnya adalah lulusan perguruan tinggi Indonesia.

EDJ: Termasuk menteri keuangan, ya. Jujur saya bilang, datang ke Timor Leste, hari ini di rumah Anda, saya serasa “ada di rumah sendiri”.

RH: Ini seperti rumah di kampung (Ramos menunjuk ke rumahnya yang bergaya rumah kampung).

EDJ: Saya berharap pemimpin Indonesia bisa meniru gaya hidup sederhana anda. Sederhana tapi cerdas dan visioner.

Jurnalis GBN

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: redaksi.gbn@gmail.com