Ada ungkapan "tidak ada kawan atau lawan abadi dalam politik, yang ada cuma kepentingan". Kebenaran ungkapan klise politik oportunistik itu akan dipertontonkan Jokowi dan Prabowo.
Rasanya baru kemarin dua politikus itu berseteru pada Pilpres 2014 dan 2019. Perseteruan sengit yang membelah rakyat Indonesia menjadi dua kubu, cebong dan kampret (lalu kadrun).
Kini dua mantan-musuh itu bersatu, bahu-membahu untuk satu kepentingan: melanjutkan kekuasaan.
Pertanyaannya, siapa sebenarnya pemegang kendali persekongkolan politik Prabowo -Jokowi ini?
Baca selengkapnya tulisan Berpikir Merdeka Jurnalis Senior, Lukas Luwarso: " Sejarah Pergolakan Politik Transaksional akan Berulang", yang diunggah beberapa hari setelah pencoblosan dan dinyatakan unnggul dalam perhitungan Quick Count Pilpres 2024.